Jumat, 26 Desember 2014

AORTA REGURGITASI

REFERAT AORTA REGURGITASI


  BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Jenis kelainan katup yang sering di dapatkan adalah stenosis aorta 43,1% dari 1197 pasien, regurgitasi mitral 31,5% dari 877 pasien, regurgitasi aorta 13,3% dari 369 pasien, stenosis mitral 12,1% dari 336 pasien. Dari studi Framingham di dapatkan 4,9% angka kejadian regurgitasi aorta dan 10% dari strong heart study terhadap 250 pasien1. Dari keterangan di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa dunia kesehatan masih tak dapat lepas dari regurgitasi aorta dan perlu adanya tindakan dalam penangannya, apalagi adanya dampak yang mengakibatkan kematian.
Aorta regurgitasi kronik biasanya terjadi akibat proses kronik seperti penyakit jantung rematik, sehingga artifisial kardiovaskular sempat melakukan kompensasi1. Meskipun penyakit jantung rematik secara keseluruhan penyebab paling umum dari regurgitasi aorta di seluruh dunia, kelainan katup kongenital dan degeneratif adalah penyebab paling umum di Amerika Serikat, dengan usia deteksi memuncak pada 40-60 tahun. Regurgitasi aorta terlihat lebih sering pada pria dibandingkan pada wanita. Dalam kohort dari studi Framingham, regurgitasi aorta ditemukan pada 13% pria dan 8,5% wanita2.

Prevalensi regurgitasi aorta internasional tidak diketahui. Namun, prevalensi internasional berdasarkan kondisi yang mendasari telah dijelaskan. Misalnya, penyakit jantung rematik masih sangat lazim di banyak Asia, Timur Tengah, dan negara-negara Afrika Utara. Regurgitasi aorta kronik sering dimulai pada pasien ketika mereka berada di akhir 50-an dan didata paling sering didapatkan pada pasien yang usia lebih dari 80 tahun. Secara umum, prevalensi dan keparahan regurgitasi aorta meningkat dengan usia, meskipun regurgitasi aorta kronik yang parah jarang terjadi sebelum usia 70 tahun. Namun, ada banyak pengecualian untuk pengamatan ini. Pasien dengan katup aorta bikuspid dan, terutama, orang-orang dengan sindrom Marfan cenderung untuk terjadi lebih awal2,7.


PREVIEW
 GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX

Selasa, 16 Desember 2014

HIPERTENSI

REFERAT HIPERTENSI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  latar belakang
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu.
Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
Hipertensi, saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan  lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olahraga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun

1.1  Tujuan

Tujuan referat ini adalah untuk mengetahui bagaimana diagnosis hipertensi yang disertai definisi, klasifikasi, Patofisiologi, komplikasi, cara pemeriksaan serta prinsip terapi dari  hipertensi



PREVIEW
 GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX

Senin, 15 Desember 2014

DEHIDRASI

REFERAT DEHIDRASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sangat sering terjadi pada usia lanjut .Gangguan tersebut meliputi dehidrasi,hipernatremi,dan hiponatremi.Di Amerika serikat ,dehidrasi terjadi pada sekitar 7% penderita berusia lebih dari 65 tahun yang dirawat dirumah sakit dengan rerata lama rawat 14 hari dan terjadi pada 82% pasien febris yang dirawatdirumah. Dehidrasi merupakan salah satu alasan utama pasien usia lanjut dibawa ke ruang gawat darurat dan salah satu dari enam diagnosis utama yang berkaitan dengan terjadinya hendaya progresif. Jika dehidrasi tidak teratasi , angka mortalitas mencapai lebih dari 50%. Data di Indonesia diperoleh dari instalasi gawat darurat Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUPN-CM tahun 200-2001 dimana sebanyak 45% pasien usia lanjut yang dibawa ke gawat darurat, menderita dehidrasi.

            Hipernatremia terjadi pada sekitar 1% pasien berusia lebih dari 60 tahun yang dirawat dirumah sakit dengan angka mortalitas lebih dari 40%. Weinberg at al menemukan bahwa pada 60% pasien febris yang dirawat dirumah mengalami hipernatremia atau peningkatan ratio BUN terhadap kreatinin atau keduanya dibandingkan dengan 5% pada populasi control.
            Kleinfield et al melaorkan kejadian hiponatremia pada penderita usila yang dirawat dirumah sakit sebesar 11%. Penelitian lainnya tentang mortalitas dirumah sakit, hiponatremia saat masuk rumah sakit berhubungan dengan peningkatan resiko kematian sebesar dua kali lipat. Pada penelitian selama lebih dari 1 tahun terhadap penderita yang dirawat dirumah, diketahui bahwa pada 53% kasus sedikitnya mengalami 1 kali episode hiponatremia.
            Dalam penatalaksanaan keseimbangan cairan dan elektrolit pada usila, pengertian mengenai perubahan fisiologi menjadi factor predisposisi gangguan tersebut sangat penting. Secara umum terjadi penurunan kemampuan homeostatic seiring bertambahnya usia. Secara khusus terjadi penurunan respons rasa haus terhadap kondisi hipovelemik dan hiperosmolaritas. (Ilmu Penyakit Dalam;W.Sudoyo,Aru:jilid 1 edisi ke 5)     
1.2  Tujuan
            Mengetahui lebih dalam tentang dehidrasi yang meliputi
1.Definisi
2. Jenis dehidrasi dan derajat dehidrasi
3. Gejala-gejala dehidrasi
4.Komplikasi
4. Penyebab kehilanganya cairan pada usia lanjut
5.Penatalaksanaan dehidrasi pada usia lanjut

6. Mengetahuin gangguan elektrolit


PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX

Sabtu, 13 Desember 2014

IKTERUS OBSTRUKTIF

REFERAT IKTERUS OBSTRUKTIF

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi  kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat  kadarnya dalam sirkulasi darah. Jadi ikterus adalah warna kuning pada sklera, mukosa dan kulit yang disebabkan oleh akumulasi pigmen empedu di dalam darah dan jaringan.1
Warna kulit yang berwarna kuning tersebut disebabkan oleh karena meningkatnya level bilirubin. Pada sklera, warna kekuningan menunjukan level serum bilirubin meningkat > 3mg/DL. Warna kuning pada kulit juga dapat disebabkan oleh meningkatnya serum karoten tetapi tanpa perubahan warna sklera. 2
Ada 3 tipe ikterus yaitu ikterus pre-hepatik (hemolitik), ikterus intra-hepatik dan ikterus post-hepatik (obstruksi). Untuk pendekatan terhadap pasien ikterus perlu ditinjau  kembali patofisiologi terjadinya peninggian bilirubin indirek atau direk.3
Pada banyak pasien ikterus dengan  anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti ditambah dengan pemeriksaan laboratorium yang sederhana, diagnosis dapat  ditegakkan. Namun tidak jarang diagnosis pasti masih sukar ditetapkan, sehingga perlu  difikirkan berbagai pemeriksaan lanjutan.
 Sebagai dokter umum kita harus bisa memahami pada gejala klinis yang terjadi pada pasien yang mengalami ikterus, karena banyak sekali organ yang berpengaruh terhadap timbulnya ikterus pada tubuh manusia. Sehingga kita bisa dapat menegakkan diagnosis dengan benar sebagaimana mestinya. Dalam pembahasan berikutnya, akan dijelaskan mengenai apa itu ikterus terutama ikterus obstruktif.
B.     Tujuan   
1.      Mengetahui definisi, jenis, dan bermacam-macam etiologi ikterus.
2.      Mengetahui patofisiologi terjadinya ikterus.
3.      Mengetahui diagnosis dan manifestasi klinis ikterus obstruktif.

4.      Mengetahui tata laksana dari berbagai jenis ikterus obstruktif.



PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX

Jumat, 12 Desember 2014

KETOASIDOSIS DIABETIK

REFERAT KETOASIDOSIS DIABETIK


BAB I
PENDAHULUAN
            Data komunitas di Amerika Serikat, Rochester menunjukkan bahwa insiden KAS sebesar 8 per 1000 pasien DM pertahun untuk kelompok umur, sedangkan untuk kelompok usia di bawah 30 tahun sebesar 13,4 per 1000 pasien DM per tahun. Walaupum data komunitas di Indonesia belum ada, agaknya insiden KAD di Indonesia tidak sebanyak di Barat, mengingan prevalensi DM tipe I yang rendah. Laporan insiden KAD di Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit, dan terutama DM tipe-2.
            Di negara maju dengan sarana yang lengkap, angka kematian KAD berkisar antara 9 -10%, sedangkan di klinik dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut angka kematian dapat mencapai 25 – 50 %.
            Angka kematian menjadi lebih tinggi pada beberap akeadaan yang menyertai KAD seperti sepsis, syok yang berat, infark miokard akut yang tinggi, konsentrasi glukosa darah awal yang tinggi, uremia dan konsentrasi keasaman darah yang rendah. Kematian pasien KAD usia muda, umumnya dapat dihindari dengan dignosis cepat, pengobatan yang tepat dan rasional, serta memadai sesuai dengan dasar patofisioliginya. Pada pasien kelompok usia lanjut, penyebab kematian lebih sering dipicu oleh faktor penyakit dasarnya.
            Ada sekitar 20 % pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali. Pada pasien KAD yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang. Faktor penceus yang berperan untuk terjadinya KAD adalah infeksi, infark miokard akut, pankreatitis akut, penggunaan obat golongan steroid, menghentikan atau mengurangi dosis insulin. Sementara itu 20 % pasien KAD tidak didapatkan faktor pencetus.

            Menghentikan atau mengurangi dosis insulin merupakan salah satu pencetus terjadinya KAD. Data seri kasus KAD tahun 1998-99 di RS Dr. Cipto Mangunkusumo menunjukkan 5% kasus menyuntik dosis insulin kurang. Musey et al melaporkan 56 kasus KAD negro Amerika yang tiggal di daerah perkotaan. Diantara 56 kasus tersebut, 75% telah diketahui DM sebelumnya dan 67% persen kasus pencetusnya adalah menghentikan dosis insulin. Adapun alasannya adalah sebgai berikut : tidak mempunyai uang untuk membeli, nafsu makan menurun, masalah psikologis, tidak paham mengatasi masa – masa sakit akut. Pada seri kasus diatas 55% menyadari adanya gejala hiperglikemia, walaupun demikian hanya 5% yang menghubungi klinik diabetes untuk mengatasi masalah tersebut.



PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
 DROPBOX

LUKA TUSUK

REFERAT LUKA TUSUK


BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG


Luka tusuk merupakan luka yang diakibatkan oleh benda atau alat  berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong dengan permukaan tubuh. 1
Beberapa bulan lalu di kota Jakarta, terjadi perampokan dimana pelaku melukai korban menggunakan pisau dengan motif dendam kepada pemilik toko. Banyak saksi mengatakan, sering melihat pelaku membeli barang di toko sembako korban. Tapi pada hari-hari sebelum kejadian, pelaku sudah jarang terlihat berbelanja di toko korban. Pada saat kejadian korban keluar dari toko dan akan mengantarkan anaknya pergi sekolah. Tiba-tiba pelaku menghadangnya dengan menodongkan sebilah pisau dan menusuknya dengan 11 tusukan, dan korban pun jatuh tersungkur. Setelah menusuk korban, maka pelaku naik ke lantai 3 dan bertemu dengan istri korban. Lalu terjadi perkelahian dengan istri korban. Akibat dari perkelahian tersebut, istri korban terkena tusukan di perut dan pelaku pun terkena tusukan di mata kanan.
Di negara Amerika, kematian akibat luka tusuk merupakan kasus pembunuhan terbesar kedua setelah pembunuhan menggunakan senjata api. Tercatat pada tahun 2011 kasus pembunuhan dengan senjata api terjadi 8.583 kasus dan penggunaan pisau terjadi 1.694 kasus.

 Hampir semua dokter pernah dipanggil ketika seseorang menderita luka. Apakah korban hidup atau mati, cedera ringan atau berat, apakah penyebab sebuah kecelakaan, pembunuhan atau bunuh diri, pemeriksaan yang dilakukan dokter tersebut mungkin memiliki kepentingan medikolegal. Tentu saja perhatian kedokteran forensik banyak terfokus pada patologi trauma yang disebabkan oleh luka itu sendiri, dan seorang dokter harus melakukan pemeriksaan yang teliti bukan hanya untuk mengobati, tapi juga untuk mengantipasi adanya komplikasi medikolegal, bahkan apabila jika muncul di kemudian hari. Hasil penemuan berdasarkan pemeriksaan yang teliti kemudian dibuat menjadi Visum et Repertum untuk kepentingan medikolegal. Bukan hanya memeriksa dan merekam dengan teliti semua penemuan dan yang didapatinya tetapi juga memberikan pendapat tentang hubungan sebab akibat, karena pemeriksaan yang menyeluruh akan menentukan proses hukum dipengadilan nanti.


 PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX

Kamis, 11 Desember 2014

ADHD

REFERAT ADHD

 BAB I
PENDAHULUAN

Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) merupakan kelainan neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak-anak, yang juga merupakan suatu keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada anak-anak usia sekolah, dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada anak-anak. ADHD ditandai oleh 3 gejala utama yaitu inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas (Simms , 2004).
Gejala yang satu bisa jadi menonjol dibandingkan gejala lainnya, atau bisa juga terjadi kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Dulu seringkali diagnosis ADHD diabaikan, hal ini terjadi karena informasi mengenai ADHD sangatlah terbatas. Bahkan peranan neurologis pada terjadinya ADHD masih diragukan. Dikatakan juga kriteria diagnosis ADHD terlalu luas, dan tidak ada tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis ADHD. Namun saat ini, informasi mengenai ADHD semakin berkembang, dan adanya peranan neurologis pada ADHD sudah dapat dibuktikan.
ADHD pertama kali didefinisikan oleh Dr. Heinrich Hoffman pada tahun 1845. Beliau merupakan seorang physician yang menulis buku-buku pengobatan dan psikiatri. Dr. Hoffman pernah menulis buku berjudul ” The Story of Fidgety Philip” yang menceritakan mengenai seorang anak yang menderita Attention deficit hyperactivity disorder. Tahun 1902, Sir George F. Still mempublikasikan serial ceramah di Inggris yang mendeskripsikan mengenai sekelompok anak impulsif dengan masalah tingkah laku yang bermakna. Menurut Sir George, hal tersebut disebabkan oleh disfungsi genetik. Sejak saat itu, banyak paper scientific yangmembahas mengenai ADHD
Dampak ADHD tidak hanya dirasakan oleh anak tersebut, namun juga dirasakan oleh keluarga. Dampak pada anak bisa berupa prestasi sekolah yang buruk, gangguan sosialisasi, status pekerjaan yang rendah, dan risiko kecelakaan meningkat. Sedangkan dampak pada keluarga adalah menimbulkan stres dan depresi pada keluarga, keharmonisan keluarga terganggu dan perubahan status pekerjaan.

Anak dengan ADHD mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Anak-anak ini memerlukan bantuan, bimbingan, dan pengertian baik dari orang tuanya, pembimbing, dan sistem pendidikan umum. Prognosis dari ADHD ini umumnya baik, terutama bila pasien cepat didiagnosis sehingga segera mendapatkan terapi.


PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX


GANGGUAN WAHAM

REFERAT GANGGUAN WAHAM


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang

     Didefinisikan gangguan waham menetapak merupakan suatu gangguan psikiatri  dimana gejala yang utama adalah waham. Gangguan waham menetap sebelumnya disebut “paranoia “ atau gangguan paranoid. Tetapi , istilah tersebut sudah tidak tepat menyatakan bahwa waham selalu bersifat persekutorik, dan tidak demikan halnya. Waham pada gangguan waham menetap juga dapat bersifat kebesaran,erotik,cemburu,somatic,dan campuran. Gangguan waham menetap ini harus dibedakan dengan gangguan mood dan skizofrenia. Walaupun pasien dengan gangguan waham menetap mungkin memiliki suatu mood yang konsiten dengan isi wahamnya, mereka tidak memiliki bukti meresapnya gejala afektif yang terlihat pada gangguan mood. Demikian juga, pasien dengan gangguan waham menetap adalah berbeda dengan pasien skizorenik dalam hal tidak kacaunya isi waham mereka ( sebagai contoh, “ dibuntuti oleh FBI “ dimana tidak dapat dipercaya tapi mungkin terjadi lawan “dikendalikan oleh orang suci “ yang tidak mungkin ) . Pasien dengan waham menetap juga tidak memiliki gejala lain yang tidak ditemukan pada skizofrenia seperti halusinasi yang menonjol,afektif yang datar,dan gejala tambahan gangguan pikiran.

     Berdasarkan pertimbangan yang telah disebutkan diatas referat ini dibuat penulis untuk mengetahui lebih jauh dan mendapatkan informasi yang terbaru tentang Gangguan waham menetap sehingga dapat digunakan sebagai tambahan referensi untuk menegakkan diagnosa Gangguan waham menetap. 


PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX

PEDOFILIA

REFERAT PEDOFILIA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada awal bulan April lalu kita dikejutkan dengan adanya berita di media masa tentang kekerasan seksual pada anak atau bisa disebut pedofil yang terjadi pada sekolah Jakarta International School (JIS).  Memang mengejutkan, sekolah bertaraf internasional seperti JIS bisa terjadi masalah seperti itu. Dan yang melakukan adalah karyawan outscorcing bagian kebersihan. Setelah diselidiki memang ada jaringan pelaku pedofil di dalam sekolah itu.
Setelah kasus JIS mencuat di masyarakat, mulai muncul kasus-kasus kekerasan seksual pada anak di berbagai belahan daerah di Indonesia. Seperti kasus emon yang pada bulan mei 2014 muncul dengan kasus menyodomi beberapa anak kecil dengan iming-iming uang. Pada kasus yang sama muncul di koran dan media masa dengan masalah guru beladiri menyodomi puluhan muridnya. Dan masih banyak lagi kekerasan seksual yang akhir-akhir ini bermunculan di masyarakat. Rata-rata kasus ini terjadi pada tempat dimana seorang anak harus mendapatkan ilmu yakni di tempat pendidikan. Sebenarnya mungkin kasus ini banyak terjadi sudah lama, hanya saja para korban pelecehan seksual pada anak ini tidak berani melaporkan pada pihak berwajib karena merupakan aib. Mulai dari kasus JIS ini maka akhirnya banyak muncul kasus-kasus lainnya.
Pada makalah ini kita akan bahas permasalahan tentang pedofilia. Dalam arti awam pedofilia merupakan tindakan kekerasan seksual pada anak, bisa laki-laki ataupun perempuan. Untuk pemahaman lebih detil kita bisa melanjutkan ke Bab selanjutnya.

1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan umum  penulisan referat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang Pedofilia yang ditujukan kepada kita para dokter dan dokter muda dalam mempelajari Ilmu Kesehatan Jiwa.


Tujuan khusus penulisan referat ini adalah untuk memenuhi tugas kepanitraan di Bagian ilmu kedokteran jiwa dan agar dokter muda lebih memahami mengenai gangguan waham menetap.



PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX

Rabu, 10 Desember 2014

SIROSIS HEPATIS

REFERAT SIROSIS HEPATIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses- proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun atau obat yang masuk dalam tubuh kita.
  Sirosis hepatis adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) di sekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi. Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang dikarakteristikan oleh fibrosis dan perubahan struktur hepar normal menjadi penuh nodul yang tidak normal.
Peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel menyebabkan banyaknya terbentuk jaringan ikat dan regenerasi noduler dengan berbagai ukuran yang dibentuk oleh sel parenkim hati yang masih sehat. Akibatnya bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena porta yang akhirnya menyebakan hipertensi portal. Penyebab sirosis hati beragam. Selain disebabkan oleh virus hepatitis B ataupun C, bisa juga diakibatkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, berbagai macam penyakit metabolik, adanya gangguan imunologis, dan sebagainya.


PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX

KOMA

REFERAT KOMA



BAB I
PENDAHULUAN

Kesadaran adalah suatu kondisi seseorang dengan tingkat awareness terhadap diri yang baik dan dia mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Kesadaran terdiri atas arousal (Kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan dalam kondisi bangun penuh) dan awareness (Kemampuan untuk menerima dan memahami isi stimulus) 1
Kesadaran terdiri dari 2 komponen 6:
Awareness (Isi dari kesadaran)
Arousal (Level dari kesadaran)
Dalam keadaan normal, rangsangan kesadaran menerima masukan visual dari mata, suara dari telinga, sentuhan dari kulit dan masukan dari setiap organ sensorik lainnya untuk melengkapi tingkat kesiagaan yang tepat. Jika sistem rangsangan atau hubungannya dengan bagian otak yang lain tidak bekerja sebagaimana mestinya, maka sensasi tidak lagi mempengaruhi tingkat rangsangan dan kesiagaan otak secara tepat. Jika hal ini terjadi, maka akan timbul gangguan kesadaran. 
Istilah-istilah yang masih tetap dipakai di klinik ialah komposmentis, delirium, somnolen, stupor atau sopor, dan koma. Terminology ini bersifat kualitatif. Tetapi penurunan kesadaran ini juga dapat dinilai secara kuantitatif dengan menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale).
Komposmentis berarti kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari panca indera (aware atau awas) dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik dari luar maupun dari dalam (arousal atau waspada), atau dalam keadaan awas dan waspada. 1
Delirium berarti gangguan kesadaran dengan disertai penurunan kemampuan untuk mempertahankan fokus atau mengalihkan perhatian yang ditandai dengan adanya perubahan kognisi atau mengalami gangguan persepsi. Gangguan terjadi dalam jangka waktu yang singkat. 1
Somnolen atau drowsiness atau clouding of cinsiousness, berarti mengantuk, mata tampak cenderung menutup, masih dapat dibangunkan dengan perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walaupun sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitar menurun. 1
Stupor atau sopor lebih rendah daripada somnolen. Mata tertutup, dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu-dua kata. Motorik hanya berupa gerakan mengelak tehadap rangsang nyeri. 1
Koma merupakan penurunan kesadaran yang paling rendah. Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata, bicara, maupun reaksi motorik. 1
Dalam materi ini, selanjutnya kita akan membahas jenis gangguan kesadaran “koma” lebih dalam. 



PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX

Selasa, 09 Desember 2014

GAGAL GINJAL KRONIS

REFERAT GAGAL GINJAL KRONIS


BAB I
PENDAHULUAN


Selama ini dikenal istilah Gagal Ginjal Kronis yang merupakan sindroma klinis karena penurunan fungsi ginjal secara menetap akibat kerusakan nefron. Proses penurunan fungsi ginjal ini berjalan secara kronis dan progresif sehingga pada akhirnya akan terjadi gagal ginjal terminal. Pada tahun 2002, The National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/DOQI) menyusun panduan mengenai penyakit ginjal kronis.1
Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease) adalah kondisi hilangnya fungsi ginjal yang terjadi secara bertahap dari waktu ke waktu. Chronic Kidney Disease merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Chronic Kidney Disease sering dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan gagal ginjal kronis. Penderita Chronic Kidney Disease memiliki resiko yang lebih tinggi terjadi penyakit kardiovaskular dan harus segera dideteksi secara dini, sehingga dapat dilakukan usaha preventif. Faktor resiko utama terjadinya Chronic Kidney Disease diantaranya adalah umur, jenis kelamin, dan ras, faktor resiko lain diantaranya adalah kebiasaan hidup seperti merokok, dan faktor biomedik seperti tekanan darah tinggi.10,19,31
Pada stadium dini, penderita Chronic Kidney Disease mungkin tidak menyadari bahwa mereka sedang sakit, pemeriksaan darah dan urine merupakan satu-satunya cara untuk mendeteksi. Perlu diadakan pemeriksaan urin dan darah pada orang-orang yang memiliki predisposisi terjadinya Chronic Kidney Disease. Deteksi dini sangat diperlukan untuk mencegah atau memperlambat terjadinya progresifitas. Di Amerika Serikat, terjadi peningkatan angka kejadian dan prevalensi gagal ginjal, dengan hasil yang buruk dan diikuti biaya pengobatan yang tinggi. Saat ini, Penyakit ginjal adalah penyebab utama kematian kesembilan di Amerika Serikat.10,19
Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidens penyakit ginjal kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat 8% setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara berkembang lainnya, insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk pertahun.2
Kejadian Chronic Kidney Disease  atau Penyakit Ginjal Kronis semakin mening
kat. Pada 1970, jumlah penderita < 500.000 kasus, sedangkan pada 2010 tercatat sebanyak 2 juta kasus Chronic Kidney Disease. Chronic Kidney Disease adalah suat
u kondisi di mana pasien kehilan
gan nefron dan fungsi nefron secara progresif serta ire
ver
sibel. Ada lima stadium Chronic Kidney Disease, yaitu stadium 1 di mana terjadi kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat (>90), stadium 2 terjadi kerusakan ginjal dengan GFR menurun ringan (60-89), stadium 3 terjadi penurunan sedang GFR (30-59), stadium 4 GFR menurun dengan berat (15-29), dan stadium 5 terjadi kegagalan ginjal dengan GFR <15 atau membutuhkan dialis
is. Keadaan ini disebabkan oleh banyak penyakit, tetapi penyebab terbesarnya adalah diabetes (40%), hipertensi (30%), dan glomerulonefritis (10%). Di Indonesia, 20,8% kasus dise
bab
kan oleh hipertensi. Di Surabaya, 31% disebabkan oleh hipertensi (53% 40-50 tahun, 21% ≥60 tahun) dan 11% oleh diabetes dengan hipertensi (hipertensi dengan proteinuria 0,9% dan hipertensi dengan GFR<60 26,7%).3





PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX

SELAMAT DATANG

SILAKAN DI DOWNLOAD

JANGAN ASAL COPY PASTE

DIBACA, DIRESAPI, DIPAHAMI

SEMUA YANG ADA DISINI HANYA GAMBARAN SAJA

BACA LITERATUR YANG RESMI SUPAYA ANDA TIDAK TERSESATKAN