Senin, 23 Maret 2015

KOLESTASIS INTRAHEPATIK PADA KEHAMILAN

REFERAT KOLESTASIS INTRAHEPATIK PADA KEHAMILAN



BAB I
PENDAHULUAN

  Kehamilan adalah masa yang penuh perubahan fisiologis dan metabolisme tubuh. Kehamilan dengan penyakit hati adalah penyebab paling sering dari disfungsi hati pada kehamilan dan memberikan ancaman nyata bagi kelangsungan hidup janin dan ibu. Selama kehamilan, terjadi peningkatan fungsi sintetis hati dan metabolisme yang dipengaruhi oleh level serum estrogen dan progesterone. Kehamilan dikaitkan dengan banyak perubahan fisiologis yang normal, yang dapat menyerupai penyakit hati kronis. Selama kehamilan, metabolisme hati meningkat adalah penting untuk mengakomodasi meningkatnya permintaan energi dari janin yang sedang berkembang dan detoksifikasi metabolit janin. Konsekuensi patologis  dari stres metabolik hati pada kehamilan-spesifik dapat berupa penyakit hati yaitu kolestasis intrahepatik kehamilan, hemolisis, peningkatan enzim hati dan trombosit jumlah rendah (HELLP) sindrom, dan perlemakan hati akut dalam kehamilan. Kehamilan berhubungan dengan perubahan dalam sejumlah parameter metabolik yang mungkin memberikan kontribusi terhadap pembesaran hati saat kehamilan, contohnya adalah hyperphagia, insulin, IGF, hormon pertumbuhan, laktogen plasenta, dan sinyal hormon reproduksi. Faktor-faktor ini memainkan peran penting dalam mempertahankan adaptasi fisiologis lain dari kehamilan dan cenderung berlebihan, aditif, dan peran komplementer dalam mendorong pertumbuhan hati.4

 Intrahepatic Cholestasis of Pregnancy  (ICP) atau kolestasis intrahepatic adalah gangguan hati yang berhubungan dengan kehamilan yang paling umum,gangguan hati spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan pruritus pada ibu saat trimester ketiga. Efek ICP pada ibu biasaya ringan. Namun, ada hubungan yang jelas antara ICP dan peningkatan frekuensi dari gawat janin, kelahiran prematur, dan kematian janin intrauterin mendadak. Penyebab ICP tetap sulit dipahami, tetapi ada bukti bahwa mutasi pada gen yang mengkode protein transportasi hepatobiliary dapat mempengaruhi untuk pengembangan ICP. Data terakhir menunjukkan bahwa asam ursodeoxycholic saat ini pengobatan farmakologis yang paling efektif, sedangkan manajemen kebidanan masih diperdebatkan. Uji klinis yang diperlukan untuk mengidentifikasi modalitas pemantauan yang paling cocok yang secara khusus dapat memprediksi hasil perinatal yang buruk.1,2



PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX

Senin, 12 Januari 2015

PROLAPS UTERUS

REFERAT PROLAPS UTERUS



BAB I
PENDAHULUAN

Prolaps organ panggul merupakan penurunan abnormal atau herniasi organ-organ panggul dari posisi seharusnya. Disfungsi dasar panggul dapat menimbulkan gejala yang mengganggu kualitas hidup seperti inkontinensia urine, inkontinensia alvi, prolapsus organ panggul, dan disfungsi seksual. Kebanyakan disfungsi dasar panggul dihubungkan dengan kerusakan dasar panggul selama persalinan pervaginam (Lazarou, 2010).
Frekuensi prolapsus genitalis di beberapa negara berlainan, seperti di laporkan diklinik d’Gynecologie et Obstetrique Geneva insidennya 5,7 %, dan pada priode yang sama di Hamburg 5,4 %. Dilaporkan di mesir, india dan jepang kejadiannya tinggi, sedangkan pada orang negro amerika, indonesia kurang. Pada suku bantu di afrika selatan jarang sekali terjadi. Di indonesia prolapsus uteri lebih sering dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua, dan wanita dengan pekerjaan berat. Djafar siddik pada penyelidikan selama 2 tahun (1969-1970) memperoleh 63 kasus prolapsus genitalis dari 5.372 kasus ginekologi di rumah sakit Dr.Pirngadi di Medan, terbanyak pada grande multipara dalam masa menopause, dan 31,74 % pada wanita petani, dari 63 kasus tersebut 69 % berumur 40 tahun. Jarang sekali prolapsus uteri dapat ditemukan pada wanita nullipara (Hanifa, 2006).
Bagi banyak wanita, kehamilan dan persalinan merupakan predisposisi kejadian inkontinensia dan kelemahan dasar panggul. Pengetahuan mengenai trauma otot dasar panggul dan bubungannya dengan inkontinensia dan kelemahan dasar panggul telah meningkat beberapa tahun terakhir. Inti dari dukungan sanggan otot panggul terdiri dari sepasang otot levator ani.(1,2) dimana posisinya dipertahankan oleh jaringan ikat endopelvis dan diinervasi oleh saraf yang berasal dari radiks lubosakral. Semua komponen otot, jaringan ikat, dan inervasi saraf dapat terpapar oleh regangan pada saat melahirkan dan akibat dari keausan dari tahanan intraperitoneal (Goldberg, 2007).
Pada persalinan pervaginam pertama biasanya menyebabkan kompresi jaringan lunak selama beberapa jam. Pada kala 2 tekanan antara kepala janin dan dinding vagina sekitar 100 mmHg hinggga 230 mmHg. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan fisik dan fungsi yang permanen (Goldberg, 2007).
Ruptur perineum, baik episiotomi atau laserasi spontan, dapat mengakibatkan defek vagina atau anus dan/atau inkontinensia alvi. USG endoanal dapat mengindentifikasi adanya cedera otot sphincter ani pada 20%-53% wanita setelah melahirkan secara pervaginam normal (Rieger, et al; 1998) Faktor resiko kejadian inkontinensia alvi dilaporkan sekitar 4%-50% kasus (Crawford, et al; 1993). Inkontinensia flatus dilaporkan enam kali lebih sering pada wanita yang pernah mengalami cedera otot sphincter ani selama persalinan (Crawford, et al; 1993). Resiko inkontinensia alvi meningkat pada persalinan lama, penggunaan forsep, dan episiotomi (Groutz, et al; 1999).


PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX


ABORTUS

REFERAT ABORTUS


BAB I
PENDAHULUAN

Abortus merupakan salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan yang ditandai dengan perdarahan. Seringkali perdarahan pada kehamilan muda dikaitkan dengan abortus. Pada perdarahan kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan kita harus selalu berfikir rentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri3. Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena kasus abortus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus sering tidak jelas umur kehamilannya dan hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui, 15 – 20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan1.
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara 15 - 20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekai 50%. Hai ini dikarenakan tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui pada 2 - 4 minggu setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalan gamet (misalnya sperma dan disfungsi oosit)1. 

Pada 1988 Wilcox dan kawan-kawan melakukan studi terhadap 221. Perempuan yang diikuti selama 207 siklus haid total. Didapatkan total 198 kehamilan, di mana 43 (22 %) mengalami abortus sebelum saat haid berikutnya. Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi berulang tiga kali secara berturut-turut. Kejadiannya sekitar 3 - 5%. Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus spontan, pasangan punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25%. Beberapa studi meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 abortus ber-urutan adalah 30 - 45%1.


PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

REFERAT HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


BAB I
PENDAHULUAN
            Hipertensi pada kehamilan adalah penyakit yang sudah umum dan merupakan salah satu dari tiga rangkaian penyakit yang mematikan, selain perdarahan dan infeksi, dan juga banyak memberikan kontribusi pada morbiditas dan mortalitas ibu hamil. Pada tahun 2001, menurut National Center for Health Statistics, hipertensi gestasional telah diidentifikasi pada 150.000 wanita, atau 3,7% kehamilan. Selain itu, Berg dan kawan-kawan (2003) melaporkan bahwa hampir 16% dari 3.201 kematian yang berhubungan dengan kehamilan di Amerika Serikat dari tahun 1991 - 1997 adalah akibat dari komplikasi-komplikasi hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.5
Meskipun telah dilakukan penelitian yang intensif selama beberapa dekade, hipertensi yang dapat menyebabkan atau memperburuk kehamilan tetap menjadi masalah yang belum terpecahkan. Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai dengan proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah minggu ke-20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika timbul pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan ganda, diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya.5
Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah efektif  pada sirkulasi uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang bulan pada kasus-kasus berat. Kematian janin diakibatkan hipoksia akut, karena sebab sekunder terhadap solusio plasenta atau vasospasme dan diawali dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Di negara berkembang, sekitar 25% mortalitas perinatal diakibatkan kelainan hipertensi dalam kehamilan. Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat, kejang grand mal, dan kerusakan end organ lainnya.4,5,7,17



PREVIEW
DRIVE GOOGLE

DOWNLOAD
DROPBOX

HIV DALAM KEHAMILAN

REFERAT HIV DALAM KEHAMILAN

BAB I
PENDAHULUAN

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Penyebaran HIV ini berkembang dengan cepat dan mengenai wanita dan anak-anak. AIDS menyebabkan kematian lebih dari 20 juta orang setahun.  Di Indonesia, jumlah kumulatif kasus AIDS di Indonesia sejak tahun 2002 hingga Juni 2011 berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI yaitu 26.483 kasus. 1,2
AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virus penyebab adalah HIV merupakan virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih, sehingga melemahkan kekebalan manusia dan menyebabkan AIDS. Orang yang terinfeksi virus ini menjadi rentan terhadap infeksi ataupun mudah terkena tumor/kanker. Pada awalnya penularan HIV/AIDS di Indonesia terjadi melalui penularan secara horisontal yaitu melalui cairan tubuh saat terjadi kontak seksual (heteroseksual/homoseksual) atau transfusi darah. Setelah itu, mulai terjadi penularan secara vertikal yaitu dari ibu yang positif HIV/AIDS ke bayi. Pada tahun 2010, sekitar 390.000 anak-anak di bawah 15 tahun terinfeksi HIV. Sekitar 95% anak/bayi/neonatus yang positif HIV/AIDS tertular dari ibunya.1,3,4
Salah satu intervensi untuk mencegah penularan dari ibu penderita HIV/AIDS kepada bayinya yaitu melalui program PMTCT (Prevention of Mother To Child Transmission of HIV).  PMTCT ini sangat penting karena penularan HIV pada anak sebagian besar (90%) terjadi secara vertikal, dan hanya sebagian kecil (10%) sisanya melalui transfusi darah atau penggunaan jarum suntik yang tidak steril. Infeksi yang ditularkan dari ibu akan mengganggu kesehatan anak. Padahal dengan intervensi yang mudah, proses penularan dapat ditekan hingga sekitar 50%.5,6





PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX

ACUTE FATTY LIVER OF PREGNANCY

REFERAT ACUTE FATTY LIVER OF PREGNANCY


BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan adalah masa yang penuh perubahan fisiologis dan metabolisme ibu. kehamilan penyakit hati terkait adalah penyebab paling sering dari disfungsi hati pada kehamilan dan memberikan ancaman nyata bagi kelangsungan hidup janin dan ibu.1 Selama kehamilan, fungsi hati sintetis dan metabolisme yang dipengaruhi oleh level serum estrogen dan progesterone meningkat. Kehamilan dikaitkan dengan banyak perubahan fisiologis yang normal, yang dapat meniru penyakit hati kronis.jurate

Selama kehamilan, metabolisme hati meningkat adalah penting untuk mengakomodasi meningkatnya permintaan energi dari janin yang sedang berkembang dan detoksifikasi metabolit janin. Konsekuensi patologis stres metabolik kehamilan pada hati yang disorot oleh kehamilan-spesifik penyakit hati termasuk kolestasis intrahepatik kehamilan, hemolisis, peningkatan enzim hati dan trombosit jumlah rendah (HELLP) sindrom, dan perlemakan hati akut dalam kehamilan. Kehamilan dengan hepatomegali telah ditandai tidak lengkap, dan mekanisme seluler dan sinyal mendorong pertumbuhan tersebut tidak diketahui. Kehamilan berhubungan dengan perubahan dalam sejumlah parameter metabolik yang mungkin untuk memberikan kontribusi terhadap pembesaran hati kehamilan, contoh ini adalah hyperphagia, insulin, IGF, hormon pertumbuhan, laktogen plasenta, dan sinyal hormon reproduksi (2, 5, 9, 10, 26). Faktor-faktor ini memainkan peran penting dalam mempertahankan adaptasi fisiologis lain dari kehamilan dan cenderung memiliki berlebihan, aditif, dan peran komplementer pada mendorong pertumbuhan hati.milona


volume plasma mulai meningkat pada minggu ke 6 kehamilan, dan yang dibangkitkan oleh sekitar 50% pada minggu ke 36 kehamilan. Meskipun volume eritrosit terangkat sedikit, hematokrit yang menurun akibat hemodilusi yang terjadi sekunder untuk peningkatan volume darah total. Meningkatnya cardiac output sampai trimester kedua dan kemudian secara bertahap kembali ke batas normal. Koagulasi faktor seperti faktor VII, VIII, X dan fibrinogen yang meningkat karena sintesis hati meningkat. Hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia dianggap sebagai temuan normal dalam kehamilan, karena serum kolesterol dan trigliserida dapat meningkat masing-masing sebesar 50% dan 30%. Waktu protrombin (PT) dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) tidak berubah.1


PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX

MOLA HIDATIDOSA

REFERAT MOLA HIDATIDOSA


BAB I
PENDAHULUAN
                   
Yang disebut penyakit trofoblas adalah penyakit yang mengenai sel sel trofoblas. Di dalam tubuh wanita sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Di luar kehamilan, sel trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium, karena itu penyakit trofoblas dalam kehamilan disebut Gestational Trophoblastic Disease dan yang berasal dari teratoma disebut Non Gestational Trophoblastic Disease. 1
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, seringkali perkembangan kehamilan dapat mendapat gangguan. Tergantung dari tahap di mana gangguan itu terjadi, maka hasil kehamilan dapat berupa keguguran, kehamilan ektopik, prematuritas, kematian janin dalam rahim atau kelainan kongenital. Kesemuanya merupakan kegagalan fungsi reproduksi. 1
Demikian pula dengan penyakit trofoblas, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Pada penyakit yang dikenal dengan nama kehamilan anggur atau mola hidatidosa ini, kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu minggu pertama kehamilan. Sel telur yang harusnya berkembang menjadi janin justru terhenti perkembanganya, yang terus berkembang justru sel sel trofoblas yaitu berupa degenerasi hidropik dari jonjot korion sehingga menyerupai gelembung gelembung berisi cairan, mirip anggur. Ukuran gelembung ini pun bervariasi. Ada yang berdiameter 1 milimeter sampai 1-2 sentimeter. Jika dilihat melalui mikroskop, ditemukan edema stroma villi, tidak ada pembuluh darah pada villi, dan proliferasi sel-sel trofoblas (jumlah selnya bertambah). 1,2

Pada umumnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada kalanya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan berupa koriokarsinoma. Jadi yang termasuk penyakit trofoblas adalah mola hidatidosa yang jinak dan koriokarsinoma yang ganas. 1



PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX