BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ankilostomiasis merupakan penyakit cacing tambang
yang disebabkan oleh cacing Necator Americanus, ancylosoma duodenale,
dan jarang disebabkan oleh Ancylostoma
Braziliensis, Ancylostoma canium, Ancylostoma malayanum. Penyakit ini
tersebar di daerah tropis maupun subtropik. Infeksi cacing tambang masih merupakan masalah kesehatan di dunia. Di
Indonesia penyakit ini lebih banyak disebabkan oleh cacing Necator americanus daripada Ancylostoma
duodenale.
Infeksi cacing tambang meliputi seperempat dari
populasi dunia, terutama negara tropis maupun subtropis. Sekitar 900 juta
penduduk dunia terinfeksi ankilostomiasis, menyebabkan kehilangan darah 9 juta
liter tiap harinya. Penyakit cacing tambang tersebut luas di seluruh dunia. N. Americanus terutama di negara-negara
barat dan juga negara tropis, seperti Asia Tenggara, Indonesia, Australia. A. duodenale tersebar terutama di
Mediterania, India, China dan Jepang. Kondisi yang menguntungkan untuk
perubahan telur cacing ke larva adalah pada suhu 23-33° C, tanah yang lembab
dan gembur.
Di pedesaan
bagian dari Puducherry, wilayah pesisir selatan India, penduduk disana berobat ke
berbagai
departemen rawat jalan di rumah sakit dengan berbagai keluhan saluran pencernaan dan anemia. Jumlah total 2600 pasien
diperiksa untuk mengetahui infeksi
parasit selama periode satu tahun (2007-2008) dengan
menggunakan teknik parasitologi standar.
Dari 417 pasien positif,
jumlah 286 (68,58%) telah terinfeksi
cacing dan 131 (31,41%)
telah terinfeksi selain infeksi cacing. Pria
lebih banyak terinfeksi daripada perempuan.
Manusia merupakan hospes utama infeksi cacing
tambang. Endemisitas infeksi tergantung pada kondisi lingkungan guna menetaskan
telur dan maturasi larva. Prevalensi di Indonesia cukup tinggi berkisar 30-50%
terutama di pedesaan, khususnya perkebunan dan pertambangan.
Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian feses
sebagai pupuk kebun, penting dalam penyebaran infeksi. Prevalensi yang lebih
tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di perkebunan karet di Sukabumi,
Jawa Barat (93,1%) dan di perkebunan kopi di Jawa Timur (80,69%). Prevalensi
infeksi cacing tambang cenderung meningkat dengan meningkatnya umur. Tingginya
prevalensi juga dipengaruhi oleh sifat pekerjaan sekelompok karyawan atau
penduduk. Sebagai contoh dapat dikemukakan sebagai berikut: kelompok karyawan
wanita maupun pria yang mengolah tanah di perkebunan teh atau karet, akan terus
menerus terpapar terhadap kontaminasi.
Tingginya insiden
infeksi akibat cacing tambang di daerah
ini menyoroti fasilitas sanitasi yang buruk dan berbagai faktor lingkungan seperti buang air besar di udara terbuka serta tinja kurang dikelola dengan baik sehingga menghasilkan
kontaminasi tanah dengan telur cacing. Telur ini akan matang dalam tanah
yang lembab dan menjadi infektif
bagi manusia. Di daerah dimana tidak menggunakan alas kaki selama kegiatan sehari-hari sangat umum sehingga memungkinkan hal tersebut menjadi faktor penyebab terinfeksi cacing tambang.
Penatalaksanaan dengan perawatan umum dilakukan dengan memberikan asupan nutrisi yang baik,
suplemen preparat besi yang diperlukan oleh pasien dengan gejala klinis yang
berat, terutama bila ditemukan bersama-sama dengan anemia. Dengan pengobatan
yang adekuat meskipun telah terjadi komplikasi, prognosis tetap baik.
1.2 Tujuan
Tujuan
referat ini adalah untuk mengetahui bagaimana diagnosis Ankilostomiasis yang disertai
definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, komplikasi serta
prognosis dari Ankilostomiasis.
PREVIEW
GOOGLE DRIVE
GOOGLE DRIVE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Menemukan masalah?
Silakan cuap cuap disini....