Minggu, 04 Januari 2015

ANKILOSTOMIASIS

REFERAT ANKILOSTOMIASIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ankilostomiasis merupakan penyakit cacing tambang yang disebabkan oleh cacing  Necator Americanus, ancylosoma duodenale, dan jarang disebabkan oleh Ancylostoma Braziliensis, Ancylostoma canium, Ancylostoma malayanum. Penyakit ini tersebar di daerah tropis maupun subtropik. Infeksi cacing tambang masih merupakan masalah kesehatan di dunia. Di Indonesia penyakit ini lebih banyak disebabkan oleh cacing Necator americanus daripada Ancylostoma duodenale.
Infeksi cacing tambang meliputi seperempat dari populasi dunia, terutama negara tropis maupun subtropis. Sekitar 900 juta penduduk dunia terinfeksi ankilostomiasis, menyebabkan kehilangan darah 9 juta liter tiap harinya. Penyakit cacing tambang tersebut luas di seluruh dunia. N. Americanus terutama di negara-negara barat dan juga negara tropis, seperti Asia Tenggara, Indonesia, Australia. A. duodenale tersebar terutama di Mediterania, India, China dan Jepang. Kondisi yang menguntungkan untuk perubahan telur cacing ke larva adalah pada suhu 23-33° C, tanah yang lembab dan gembur.
Di pedesaan bagian dari Puducherry, wilayah pesisir selatan India, penduduk disana berobat ke berbagai departemen rawat jalan di rumah sakit dengan berbagai keluhan saluran pencernaan dan anemia. Jumlah total 2600 pasien diperiksa untuk mengetahui infeksi parasit selama periode satu tahun (2007-2008) dengan menggunakan teknik parasitologi standar. Dari 417 pasien positif,  jumlah 286 (68,58%) telah terinfeksi cacing dan 131 (31,41%) telah terinfeksi selain infeksi cacing. Pria lebih banyak terinfeksi daripada perempuan.
Manusia merupakan hospes utama infeksi cacing tambang. Endemisitas infeksi tergantung pada kondisi lingkungan guna menetaskan telur dan maturasi larva. Prevalensi di Indonesia cukup tinggi berkisar 30-50% terutama di pedesaan, khususnya perkebunan dan pertambangan.
Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian feses sebagai pupuk kebun, penting dalam penyebaran infeksi. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di perkebunan karet di Sukabumi, Jawa Barat (93,1%) dan di perkebunan kopi di Jawa Timur (80,69%). Prevalensi infeksi cacing tambang cenderung meningkat dengan meningkatnya umur. Tingginya prevalensi juga dipengaruhi oleh sifat pekerjaan sekelompok karyawan atau penduduk. Sebagai contoh dapat dikemukakan sebagai berikut: kelompok karyawan wanita maupun pria yang mengolah tanah di perkebunan teh atau karet, akan terus menerus terpapar terhadap kontaminasi.
Tingginya insiden infeksi akibat cacing tambang di daerah ini menyoroti fasilitas sanitasi yang buruk dan berbagai faktor lingkungan seperti buang air besar di udara terbuka serta tinja kurang dikelola dengan baik sehingga  menghasilkan kontaminasi tanah dengan telur cacing. Telur ini akan matang dalam tanah yang lembab dan menjadi infektif bagi manusia. Di daerah dimana tidak menggunakan alas kaki selama kegiatan sehari-hari sangat umum sehingga memungkinkan hal tersebut menjadi faktor penyebab terinfeksi cacing tambang.
Penatalaksanaan dengan perawatan umum dilakukan  dengan memberikan asupan nutrisi yang baik, suplemen preparat besi yang diperlukan oleh pasien dengan gejala klinis yang berat, terutama bila ditemukan bersama-sama dengan anemia. Dengan pengobatan yang adekuat meskipun telah terjadi komplikasi, prognosis tetap baik.

1.2  Tujuan
Tujuan referat ini adalah untuk mengetahui bagaimana diagnosis Ankilostomiasis yang disertai definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, komplikasi serta prognosis dari Ankilostomiasis.


PREVIEW
GOOGLE DRIVE

DOWNLOAD
DROPBOX 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menemukan masalah?
Silakan cuap cuap disini....