BAB
I
PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease) adalah kondisi hilangnya fungsi ginjal yang
terjadi secara bertahap dari waktu ke waktu. Chronic Kidney Disease merupakan masalah kesehatan masyarakat di
seluruh dunia. Chronic Kidney Disease
sering dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan gagal
ginjal kronis. Penderita Chronic Kidney
Disease memiliki resiko yang lebih tinggi terjadi penyakit kardiovaskular
dan harus segera dideteksi secara dini, sehingga dapat dilakukan usaha
preventif. Faktor resiko utama terjadinya Chronic
Kidney Disease diantaranya adalah umur, jenis kelamin, dan ras, faktor
resiko lain diantaranya adalah kebiasaan hidup seperti merokok, dan faktor
biomedik seperti tekanan darah tinggi.
Pada stadium dini, penderita Chronic Kidney Disease mungkin tidak
menyadari bahwa mereka sedang sakit, pemeriksaan darah dan urine merupakan
satu-satunya cara untuk mendeteksi. Perlu diadakan pemeriksaan urin dan darah
pada orang-orang yang memiliki predisposisi terjadinya Chronic Kidney Disease. Deteksi dini sangat diperlukan untuk
mencegah atau memperlambat terjadinya progresifitas. Di Amerika Serikat,
terjadi peningkatan angka kejadian dan prevalensi gagal ginjal, dengan hasil
yang buruk dan diikuti biaya pengobatan yang tinggi. Saat ini, Penyakit ginjal
adalah penyebab utama kematian kesembilan di Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999
menyatakan insidens penyakit ginjal kronik diperkirakan 100 kasus perjuta
penduduk pertahun, dan angka ini meningkat 8% setiap tahunnya. Di Malaysia,
dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal
pertahunnya. Di negara berkembang lainnya, insiden ini diperkirakan sekitar
40-60 kasus perjuta penduduk pertahun.
Kejadian Chronic Kidney Disease atau Penyakit Ginjal Kronis semakin meningkat. Pada 1970,
jumlah penderita < 500.000 kasus, sedangkan pada 2010 tercatat sebanyak 2
juta kasus Chronic Kidney Disease. Chronic Kidney Disease adalah suatu kondisi di
mana pasien kehilangan nefron dan fungsi nefron secara progresif serta ireversibel.
Ada lima stadium Chronic Kidney Disease, yaitu stadium 1 di mana
terjadi kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat (>90),
stadium 2 terjadi kerusakan ginjal dengan GFR menurun ringan (60-89), stadium 3
terjadi penurunan sedang GFR (30-59), stadium 4 GFR menurun dengan berat
(15-29), dan stadium 5 terjadi kegagalan ginjal dengan GFR <15 atau
membutuhkan dialisis. Keadaan ini disebabkan oleh banyak penyakit, tetapi
penyebab terbesarnya adalah diabetes (40%), hipertensi (30%), dan
glomerulonefritis (10%). Di Indonesia, 20,8% kasus disebabkan oleh
hipertensi. Di Surabaya, 31% disebabkan oleh hipertensi (53% 40-50 tahun, 21%
≥60 tahun) dan 11% oleh diabetes dengan hipertensi (hipertensi dengan proteinuria
0,9% dan hipertensi dengan GFR<60 26,7%).
Ginjal menjalankan fungsi yang vital
sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah (dan lingkungan dalam tubuh) dengan mengekskresikan zat terlarut
dan air secara selektif. Apabila kedua
ginjal oleh karena suatu hal gagal dalam menjalankan fungsinya, akan terjadi
kematian dalam waktu 3 sampai 4 minggu.
Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerolus diikuti dengan reabsorbsi sejumlah zat
terlarut dan air dalam jumlah sesuai di
sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air akan diekskresikan
keluar tubuh dalam urine melalui sistem pengumpul
urine. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat
menahun, berlangsung progresif dan cukup
lanjut. Gejala gagal ginjal kronik yaitu kurang nafsu makan, mual, dan muntah, pembengkakan tangan, kaki, wajah, dan sekitar mata, letih,
lemas, dan lesu. Laju filtrasi Glomerulus
akan menurun dengan progresif seiring dengan rusaknya nefron. Hubungan antara gagal ginjal kronik dengan anemia sudah diketahui sejak awal
abad 19. Anemia pada penyakit ginjal
kronik muncul ketika klirens kreatinin turun kira-kira 40 ml/mnt/1,73m2 dari
permukaan tubuh. Anemia akan lebih berat
apabila fungsi ginjal menjadi lebih buruk lagi, tetapi apabila penyakit ginjal telah mencapai stadium akhir, anemia
relative akan menetap. Anemia pada Gagal
Ginjal Kronis terutama diakibatkan oleh berkurangnya produksi Eritropoietin. Eritropoetin merupakan hormon yang dapat merangsang sumsum
tulang untuk memproduksi sel darah merah. Anemia yang terjadi
pada gagal ginjal kronis biasanya jenis normokrom normositer dan non regeneratif. Anemia merupakan kendala
yang cukup besar bagi upaya mempertahankan
kualitas hidup pasien GGK. Anemia yang terjadi dapat mengganggu sejumlah aktifitas fisiologis sehingga dapat meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas.
PREVIEW
GOOGLE DRIVE
DOWNLOAD
DROPBOX
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Menemukan masalah?
Silakan cuap cuap disini....