BAB I
PENDAHULUAN
Nefropati
diabetik terjadi akibat komplikasi diabetes dan hipertensi yang menyebabkan
timbulnya penyakit ginjal kronik. Asia pada saat ini tengah dilanda epidemik
diabetes melitus tipe-2 atau Diabetes Mellitus Tak Tergantung Insulin (DMTTI).
Hal ini disebabkan meningkatnya populasi berusia lanjut, prevalensi obesitas,
dan perubahan gaya hidup. Menurut Studi Prevalensi Mikroalbuminuria (MAPS) di
Asia, hampir 60 persen penderita hipertensi diabetik tipe-2 menderita nefropati
diabetik (dengan 18,8 persen makroalbuminuria dan 39,8 persen
mikroalbuminuria). Data tersebut dipresentasikan pada kongres ke-18 Federasi
Diabetes Internasional (IDF-26 Agustus 2003) di Paris, Perancis. Diabetes
merupakan penyakit yang memasyarakat. IDF mengestimasi sekitar 177 juta orang
di seluruh dunia dijangkiti penyakit ini, dan yang terbanyak adalah tipe-2.
Sedangkan, WHO menduga data tersebut masih meningkat menjadi 300 juta orang
dalam 25 tahun ke depan. Studi MAPS yang disponsori oleh Sanofi-Synthelabo
menemukan 6.801 pasien dewasa penderita diabetes hipertensi tipe-2 di 103 rumah
sakit dan pusat pelayanan diabetes dan nefrologi. Temuan itu ada di 10 negara
Asia, yaitu China, Hongkong, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Phillipines,
Singapore, Korea selatan, Taiwan, dan Thailand
Nefropati
diabetik terjadi akibat komplikasi diabetes dan hipertensi yang menyebabkan
timbulnya penyakit ginjal kronik atau Chronic Renal Disease (CRD). Nefropati
diabetik ini ditandai dengan proteinuria. Dari deteksi proteinuria tahap awal
(mikroalbuminuria) hingga nefropati diabetik, berlangsung dari bulanan hingga
tahunan. Karena itu, deteksi dini mikroalbuminuria dilakukan untuk
mempertahankan fungsi ginjal atau menghambat penurunan fungsi ginjal lebih
lanjut. Saat ini diperkirakan terdapat ± 45.000 penderita Diabetes Melitus (DM)
di Surabaya (KS) yang berpenduduk ± 3,5 juta penderita di Indonesia dan ± 140
juta penderita di dunia. Menurut laporan (1993)dari 2300 penderita DM rawat
jalan – menurut kriteria Surabaya 1986- terdapat nefropathi diabetic (ND) sebesar
5,7% : Hipertensi 12,1 % dan penyakit Jantung Koroner 10 %. Prevalensi ND di
luar negeri berkisar antara 3-16 %. Pandangan baru patogenesis ND melibatkan 8
faktor yang penting, yaitu hiperglikemia, hipertensi, lolosnya muatan negative
GBM, radikal bebas , TxB2, sitokin (ET, VPF1, A-11, TGF – β, PDGF ), glicated
Albumin dan plasminogen. Hiperglikemia dan hipertensi merupakan 2 faktor
penyebab utama ND. Oleh karena itu regulasi diabetes dan obat hipotensif akan
memegang peranan yang sangat pentingdalam terapi ND. Dari 8 faktor tersebut,
hipertensi dan hiperglikemia merupakan 2 faktor utama.
Selain
itu banyak dilaporkan bahwa regulasi DM dan ACE-1 juga memegang peranan penting
pada patogenesis ND. Obat hipotensif selain menurunkan tekanan darah ternyata
juga menurunkan albuminuria, menurunkan ekresi NAG (N-Acethyl–β-D
Glycosaminidase), meningkatkan GFR dan menekan pembentukan peroksida lipid.
Nefropati Diabetik merupakan komplikasi mikrovaskuler Diabetes Melitus. Pada
sebagian penderita komplikasi ini akan berlanjut menjadi gagal ginjal terminal
(GGT) yang memerlukan pengobatan cuci darah atau cangkok ginjal. Di dalam
laporan nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 1995 disebutkan bahwa ND menduduki urutan no.3 (16,1%) setelah
glomerulonefritis kronik (30,1%) dan pyelonefritis kronik (18,51%), sebagai
penyebab paling sering GGT yang memerlukan cuci darah di Indonesia. Tingginya
prevalensi nefropati diabetic sebagai penyebab GGT juga menjadi masalah masalah
di negara lain. Dewasa ini 35% penderita yang GGT yang menjalani cuci darah di
Amerika disebabkan oleh nefropati diabetic.
PREVIEW
GOOGLE DRIVE
DOWNLOAD
DROPBOX
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Menemukan masalah?
Silakan cuap cuap disini....