BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sirosis hati adalah penyakit hati
menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai
nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang
luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur
hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur
akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut. Diketahui bahwa penyakit
ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya
pengerasan dari hati yang akan menyebabkan penurunan fungsi hati dan bentuk
hati yang normal akan berubah disertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah
dan terganggunya aliran darah vena porta yang akhirnya menyebabkan hipertensi
portal. Pada sirosis dini biasanya hati membesar,teraba kenyal,tepi tumpul, dan
terasa nyeri bila ditekan (Ari Listriyandari, 2012).
Hipertensi portal, asites dan varices bleeding adalah komplikasi
paling sering pada penderita sirosis hati. Varises esophagus memiliki dampak
klinis yang sangat besar, dengan resiko mortalitas sebesar 17-42% tiap
terjadinya perdarahan. Asites, merupakan komplikasi terpenting dari sirosis
lanjut dan hipertensi portal berat, sehingga dapat menyebabkan komplikasi
berupa, spontaneous bacterial peritonitis
(SBP) dan hepatorenal syndrome (HRS).
Hepatic enchepalopathy (HE) adalah
komplikasi lain dari sirosis hati, dengan mortalitas sekitar 30%. Perdarahan
saluran cerna pada sirosis hepatis selain disebabkan oleh varises gastroesofagus
juga disebabkan oleh gastropati hipertensi (LJ Simanjuntak, 2004).
Di negara maju, sirosis hati
merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45 – 46
tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis
menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal
setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati yang
sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di
Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai
penyakit yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, sindroma
hepatorenal, dan asites, spontaneous
bacterial peritonitis serta carsinoma hepatoselular. Walaupun
pengelolaan perdarahan gastrointestinal telah banyak berkembang namun
mortalitasnya relatif tidak berubah, masih berkisar 8-10%. Hal ini dikarenakan
bertambahnya kasus perdarahan dengan usia lanjut dan akibat komorbiditas yang
menyertai (Ari Listriyandari, 2012).
PREVIEW
GOOGLE DRIVE
DOWNLOAD
DROPBOX
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Menemukan masalah?
Silakan cuap cuap disini....